
Simbol-simbol Feminisme di Museum Pergerakan Wanita
Sudah pernah ke Museum Pergerakan Wanita Yogyakarta? Mungkin Anda pernah mendengarnya namun belum pernah berkunjung ke sini. Museum ini terletak di Jl. Laksda Adisutjipto No. 88, Yogyakarta tepatnya di kawasan Kompleks Mandala Bhakti Wanitatama. Ibu Sri Mangunarkoro adalah sosok yang pertama kali mengusulkan tentang dibangunnya museum ini. Beliau memprakarsainya di tahun 1952 dalam Kongres Wanita. Akhirnya, museum ini mulai dibangun di tahun 1953. Tanggal 22 Desember Presiden Soeharto meresmikan museum ini. Pendirian ini bukan tanpa alasan karena tujuannya untuk memajukan peran wanita di dalam bermasyarakat.
Kompleks Mandala Bhakti Wanitatama terdiri dari dari beberapa bangunan dengan fungsi yang berbeda-beda. Bangunan pertama adalah Balai Srikandi yang digunakan untuk Museum Pergerakan Wanita. Balai kedua yaitu Shinta. Bentuknya seperti bangunan rumah tradisional Jawa yaitu Joglo. Balai selanjutnya adalah Balai Kunthi dan Utari. Kedua tempat ini digunakan khusus untuk ruang pertemuan. Sedangkan bangunan lainnya seperti Wisma Sembodro dan Arimbi untuk penginapan. Sepintas memang tak seperti museum pada umumnya karena tempat ini sering dipakai untuk acara spesial seperti pernikahan atau pameran.
Sumber foto: Akun Instagram @museumpergerakanwanita
Adanya museum ini menunjukkan bahwa wanita di zaman penjajahan memiliki peran penting bagi masyarakat dan negara Indonesia. Ini dibuktikan dari koleksi-koleksi yang bisa dilihat secara langsung di Museum Pergerakan Wanita ini.
Sumber foto: Akun Instagram @museumpergerakanwanita
Balai Shinta yang berbentuk joglo memiliki 2 relief yang memiliki makna khusus di baliknya. Relief itu mengisahkan Pergerakan Wanita saat penjajahan, saat masa perang, saat demokrasi Liberal, demokrasi terpimpin, dan masa order baru. Sedangkan di Balai Srikandi yang memang diperuntukkan untuk museum menyimpan banyak koleksi antik. Ada banyak pakaian pejuang khusus wanita, diaroma yang mengisahkan perjuangan wanita, bahkan meskin ketik tua. Selain itu ada juga replikasi perhiasan dan keris. Peralatan dapur yang kerap dipakai di tahun 1958 juga masih disimpan dengan baik di Museum Pergerakan Wanita ini.
Baca Sebelumnya : Kunjungan ke Museum Monumen Pangeran Diponegoro “Sasana Wiratama”
Dengan mengunjungi museum ini, Anda akan memahami dengan baik bagaimana peran wanita di masa lalu. Tak hanya bisa bekerja di dapur, wanita juga mampu menyuarakan suaranya serta ikut dalam tercapainya tujuan negara. Museum ini dibuka setiap hari Senin hingga Jumat pada pukul 8 pagi hingga 1 siang. Ini berlaku di hari Senin sampai Kamis saja. Sebab Jumat dan Sabtu museum hanya di buka hingga jam 12.00 WIB. Tak begitu susah menemukan tempat ini karena dekat dari jalan raya. Letaknya tak jauh dari kampus UIN Sunan Kalijaga.
Lokasi Museum Pergerakan Wanita di Google Map: